Yorisa Sativa: Sektor Ekonomi Akar Persoalan Sosial Di Kota Bandung
Ket.Foto: Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung, dr. H. Yorisa Sativa, M.Kes (foto Dok PWI Kota Bandung)
BANDUNG, GEMA1.COM
- Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung, dr. H. Yorisa Sativa, M.Kes, membeberkan soal kompleksitas dan strategi
penanganan permasalahan kesejahteraan sosial di kota berpenduduk hampir 2,6
juta jiwa ini. Bahkan ia menyoroti sektor ekonomi sebagai akar dari banyak
persoalan sosial.
Hal itu diungkap Kadinsos yang baru menjabat sejak 10 Juli
2025 dalam podcast Basa Basi yang digelar Pokja PWI Kota Bandung, Rabu
(1/10/2025).
"Bandung adalah magnet kuat bagi pendatang se-Jawa
Barat dan menjadi barometer provinsi. Namun, dampaknya terhadap kesejahteraan
sosial sangat nyata. Ketika kebutuhan ekonomi tidak terpenuhi, sebagian
masyarakat memilih ke jalan, yang meski tidak dibenarkan, merupakan realita
akibat sempitnya lapangan pekerjaan," ujar Yorisa.
Gelandangan dan
Pengemis Masuk Prioritas Penanganan
Berdasarkan Permensos Nomor 8 Tahun 2012, terdapat 26 jenis
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Yorisa mengungkapkan, hampir
semua jenis PPKS tersebut ada di Bandung, dengan gelandangan dan pengemis
sebagai yang paling dominan.
Berbagai modus kerap ditemui, seperti penggunaan "kaki
palsu" untuk mengelabui dan memanfaatkan rasa iba.
"Ironisnya, 'sukses story' dari aksi seperti ini justru
menggiurkan warga lain dan menimbulkan dampak peniruan. Ini menjadi pekerjaan
rumah kami untuk terus menyisir dan mereduksinya," tambahnya.
Strategi Kolaborasi
dengan Keterbatasan SDM
Dengan personil yang kurang dari 100 orang, Dinsos Kota
Bandung tak bisa bekerja sendirian. Yorisa mengaku optimis dan tak mau
"mati gaya". Strategi utama yang diusung adalah kolaborasi. "Kami
memanfaatkan kekuatan eksternal. Kami berperan sebagai koordinator dan
regulator," jelasnya.
Kolaborasi tersebut melibatkan antara lain :
1. PSKS (Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial): Termasuk di
dalamnya Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang didukung Kemensos
dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dengan target 10 orang per kelurahan.
2. Karang Taruna: Berperan dalam proteksi sosial di tingkat
komunitas.
3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS): Dari 90 LKS yang
terdaftar, sekitar 60 yang aktif dan 40 di antaranya sangat aktif dalam program
pendidikan dan kesehatan.
4. TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) Perusahaan:
Menjadi mitra strategis dalam pendanaan dan program.
Pusat LayananOnline
dan Offline Jadi Tumpuan Keluhan
Sebagai pintu masuk aduan masyarakat, Dinsos Kota Bandung
mengoperasikan Pusat Data Pelayanan dan Pusat Pelayanan Pelanggan. Yorisa
mengakui kerap menerima laporan yang disampaikan dengan emosi dan kekecewaan.
"Sekitar 30% aduan datang secara offline dan 70% secara
online. Untuk yang online, kami targetkan 100% terjawab. Tim kami akan
menerima, mendampingi dan mengarahkan warga kepada solusi yang tepat, termasuk
ke rumah singgah yang kami sediakan. Prinsipnya, kami ingin memanusiakan
masyarakat," tegasnya.
Program Warga Jaga
Warga dan Warga Jaga Kota
Diantara berbagai program, Yorisa menyebutkan dua inisiatif
unggulan. Pertama, Program Wajawa Wajako (warga jaga warga, warga jaga kota)
yang mendorong kepedulian sosial dengan slogan "yang tau tetangga susah,
bantu".
Selain itu, Dinsos Kota Bandung sangat mendukung dengan
keberadaan Sekolah Rakyat yang menyasar masyarakat dari desil 1 dan 2 (kelompok
berpenghasilan terendah).
"Tujuannya adalah mengurangi pengeluaran masyarakat,
sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi mereka. Dengan demikian, kami bisa
menyisir kantong-kantong kemiskinan secara lebih efektif," paparnya.
Dengan segenap tantangan yang ada, Yorisa Sativa menegaskan komitmennya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan sosial sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melalui pendekatan kolaboratif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Kota Bandung. (ay)
Reviewed by Gema1.com
on
10/02/2025 07:56:00 PM
Rating:



Tidak ada komentar