Aries Supriatna: Basis Data Akurat Kunci Peningkatan Pendapatan Pajak dan Retribusi
Ket.Foto: Ketua Komisi II DPRD Kota Bandung H. Aries Supriyatna, S.H., M.H., menjadi narasumber Forum Group Discussion (FGD) Pajak Daerah Kota Bandung, di Hotel Grandia, Bandung, Selasa, 16 September 2025. Wawan/Humpro DPRD Kota Bandung.
Bandung, Gema1.Com -
Basis data yang akurat menjadi kunci penting untuk meningkatkan pendapatan
daerah dari pajak atau retribusi. Diperlukan pemanfaatan sistem dan serangkaian
langkah terukur berbasis data supaya target pemasukan daerah bisa optimal.
“Persoalan paling mendasar terkait dengan data. Jadi
persoalan pendapatan itu akhirnya pada data. Ketersediaan data akurat menjadi
dasar prediksi berapa pendapatan yang akan kita targetkan. Data yang valid ini
nampaknya menjadi persoalan yang belum terselesaikan secara baik,” Ketua Komisi
II DPRD Kota Bandung H. Aries Supriyatna, S.H., M.H., saat menjadi narasumber
Forum Group Discussion (FGD) Pajak Daerah Kota Bandung, di Hotel Grandia,
Bandung, Selasa, 16 September 2025.
Ia menyontohkan, persoalan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) tidak sekadar hanya berkenaan objek bumi dan bangunannya. Tetapi
juga dinamika wajib pajaknya. Ada wajib pajak yang dibebaskan PBB bagi
masyarakat tidak mampu. Di sisi lain, dinamika muncul karena terdapat nilai
ekonomi yang menjadi objek pajak, lalu terhadap bangunan yang menjadi objek
pajak yang dinilai PBB.
“Secara nilai tentu objek pajak berupa aset akan terus
mengalami kenaikan. Oleh karena itu, terkait PBB penting disediakan data yang
dievaluasi secara berkala sebagai pedoman dalam menyusun target pendapatan yang
akan dimasukkan ke dalam APBD,” tuturnya.
Aries mengungkapkan, persoalan parkir bahu jalan, misalnya,
juga terkait pendataan. Tidak ada sistem atau pola yang cukup memadai yang
mampu melakukan evaluasi dalam penggunaan bahu jalan dan potensi pendapatannya
dari parkir. Tanpa memanfaatkan teknologi untuk membantu pendataan, maka
keakuratan data penerimaan retribusi atau pajak, transparansi dan
akuntabilitasnya tidak akan tercapai.
“Dengan teknologi tapping box sebetulnya bisa membantu
pasokan data untuk menakar sejauh mana pendapatan disetorkan, terutama dari
sektor pajak hotel, restoran, hingga parkir,” ujarnya.
Aries meminta Bapenda Kota Bandung untuk mengoptimalkan
kinerja berbasis data untuk melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi.
Data-data ini sangat penting bagi DPRD sebagai bahan untuk pembahasan dalam
penyusunan APBD yang nantinya menentukan arah kebijakan dan program pembangunan
yang akan disalurkan bagi masyarakat.
“Penyusunan APBD itu diawali dengan melakukan inventarisir
atau pendataan terkait dengan rencana pendapatan dalam penyusunan APBD. Dalam
setiap rapat Badan Anggaran, diskusi kita cukup panjang dan mendalam terkait
dengan persoalan target pendapatan pemerintah kota. Bagaimana peranan data
sangat vital dalam mengoptimalisasi pendapatan daerah. Ketersediaan data valid
akan memudahkan penyusunan APBD karena dan pelaksanaan anggaran,” ujarnya.
Aries berharap FGD terkait pajak ini bisa menjadi materi
penyokong pembenahan optimalisasi pajak di masa mendatang.
“Mudah-mudahan diskusi ini, termasuk masukan dari para
pakar, kita bisa merancang sebuah sistem yang dibangun dari data yang akurat.
Saya berharap ke depan kita memiliki grand design pendapatan Kota Bandung dengan
sistem yang melandaskan pendataan yang akurat terhadap sumber pendapatan,”
ujarnya.
Di tempat yang sama, Pengamat Ekonomi dari Universitas
Pasundan, Acuviarta Kartabi mengatakan, database ini menjadi salah satu
persoalan yang harus segera dibenahi karena untuk mengoptimalisasi pajak tentu
harus terencana.
Bersama database, faktor yang memengaruhi penerimaan pajak
yakni jumlah penduduk, PDRB, inflasi, hingga kesadaran wajib pajak. Penerimaan
pajak ini sangat berpengaruh penting terhadap berbagai pembangunan di Kota
Bandung. Maka, persoalan sistem penerimaan pajak ke depan menjadi faktor yang
perlu diidentifikasi untuk menyusun grand design.
Reviewed by Gema1.com
on
9/17/2025 07:45:00 PM
Rating:



Tidak ada komentar